Pembelokan DNA Langka Berubah Setelah Ledakan Populasi Memberi Petunjuk pada Penyakit Umum
Perubahan satu huruf dalam sandi DNA terjadi jauh lebih sering dalam genom manusia daripada diduga sebelumnya, namun sering hanya ditemukan dalam satu atau beberapa individu.
Kelimpahan
variasi langka pada genom manusia konsisten dengan ledakan populasi
dalam beberapa ribu tahun terakhir, begitu laporan ahli genetika dan biologi evolusi dalam edisi online jurnal Science tanggal 17 Mei 2012.
“Ini
adalah contoh dramatis bagaimana sejarah manusia terbaru mengubah pola
variasi genetik,” kata Joshua Akey, asisten professor ilmu genom
Universitas Washington dan pengarang senior studi ini. Labnya
mempelajari arsitektur genetik di balik perbedaan antar manusia (dan
juga pada spesies lain) dan mekanisme perubahan evolusinya.
Walaupun
varian nukleotida tunggal langka, mereka dapat mempengaruhi resistensi
atau kerentanan seseorang pada penyakit umum, seperti masalah jantung
atau paru atau darah. Kelangkaan setiap variasi spesifik berarti kalau
ilmuan akan sering membutuhkan untuk mempelajari sampel DNA dari jumlah
orang yang sangat besar untuk menarik jalur genetik masalah ini. Para
peneliti telah menyadari kalau varian gen yang umum muncul hanya
memiliki peran sedang dalam kondisi medis kompleks dengan perhatian
kesehatan publik terbesar.
Dalam
makalah mereka, “Evolution and Functional Impact of Rare Coding
Variations from Deep Sequencing of Exomes,” para peneliti menjelaskan
studi mereka pada potongan-potongan sandi protein genom dari 2,440
individu. Partisipan adalah 1351 orang ekstraksi Eropa dan 1088 leluhur
Afrika.
Studi ini adalah langkah
pertama dalam memahami bagaimana varian genetik langka mempengaruhi
beberapa penyakit kronis yang menyebabkan kematian di dunia. Ia
dilakukan sebagai bagian dari misi Seattle GO di Universitas Washington
dan Broad GO di Universitas Harvard dan MIT, keduanya didanai oleh
Proyek Pembarisan Eksom Lembaga Nasional Jantung, Paru, dan Darah,
Institut Kesehatan Nasional AS. Eksom terdiri dari daerah penyandi protein di genom.
Keseluruhan
proyek mencakup banyak individu yang memiliki berbagai sifat, seperti
serangan jantung sebelum usia tua, stroke, atau indeks massa tubuh
tinggi, untuk menemukan gen dan mekanisme molekuler dibalik kondisi ini.
Pembarisan cepat berbiaya murah dari keseluruhan genom sedang
diusahakan untuk tersedia secara klinis. Informasi yang diperoleh dapat
lebih berguna jika metode statistik dan eksperimental dapat lebih akurat
dalam menentukan variasi gen yang mengatur proses biologis dan
menghasilkan protein yang signifikan secara fungsional. Metode demikian
dapat menghubungkan variasi gen dengan penyebab penyakit dan memberi
informasi untuk mencegah dan merawat penyakit.
Pengarang
senior lainnya makalah dari Proyek Pembarisan Eksom ini adalah Michael
J. Bamshad, professor pediatrik Universitas Washington dalam divisi
Kedokteran Genetik. Para peneliti dari delapan lembaga di AS ikut serta.
Kelompok
peneliti membariskan dan membandingkan 15,585 gen penyandi protein
manusia. Mereka menemukan lebih dari setengah juta variasi sandi DNA
satu huruf dalam populasi sampel mereka. Mayoritas varian ini muncul
baru dalam sejarah evolusi manusia dan karenanya langka, baru, dan
spesifik baik pada populasi studi Afrika ataupun Eropa, sebagaimana
ditemukan para peneliti.
Para
peneliti melanjutkan memilih hanya variasi satu huruf dalam DNA yang
dapat mempengaruhi fungsi protein. Pengubahan fungsi protein merupakan
kunci perbedaan genetik menjadi sifat penyakit. Mereka memperkirakan
kurang lebih 2 persen dari sekitar 13,600 variasi nukleotida tunggal
yang dibawa setiap orang, rata-rata, mempengaruhi fungsi dari sekitar
313 gen per genom. Lebih dari 95 persen perubahan sandi satu huruf
diprediksi penting secara fungsional ternyata langka dalam populasi
studi keseluruhan.
Bagaimana bisa ada
begitu banyak variasi langka mempengaruhi fungsi protein dalam sandi
genetik manusia? Para peneliti menyarankan kalau kelebihan variasi
langka ini karena kombinasi gaya demografis dan evolusi. Baik populasi
Eropa maupun Afrika tumbuh secara eksponensial sejak 10 ribu tahun lalu,
namun dalam 5 ribu tahun terakhir laju pertumbuhan dipercepat
menghasilkan miliaran orang hidup sekarang.
Peningkatan
baru yang dramatis dalam ukuran populasi karenanya mempengaruhi
spektrum variasi sandi protein yang ada pada manusia. Para ilmuan
menghitung rata-rata variasi sandi satu huruf baru dalam subjek studi
mereka: 549 per individu secara keseluruhan. Orang dari keturunan Afrika
memiliki sekitar dua kali lebih banyak jumlah variasi baru dibandingkan
keturunan Eropa, atau 762 versus 382.
Para peneliti mengukur dampak seleksi alam
pada variasi sandi langka. Untuk melakukan ini, mereka juga membawa
detail genetic dari gen-gen yang sangat spesifik pada kerabat manusia
yaitu simpanse dan monyet untuk melihat apa yang disebut “sapuan
selektif”. Sebuah sapuan selektif terjadi ketika
seleksi alam meningkatkan frekuensi varian menguntungkan dalam sebuah
populasi. Termasuk di antara gen yang diambil para ilmuan dipengaruhi
oleh seleksi positif adalah yang berhubungan dengan indera penciuman dan
pemakaian energy.
Para peneliti juga
belajar kalau sebagian besar variasi sandi protein yang ditemukan dalam
studi mereka diprediksi berbahaya. Variasi langka bukan hanya
mempengaruhi keunikan setiap individu, namun juga resiko terhadap
penyakit yang memperpendek usia.
Apa
implikasi temuan ini untuk memahami penyakit dan kedokteran pribadi?
Sebelum menjawab, para peneliti menunjuk pada keterbatasan saat ini
dalam menentukan variasi gen penting fungsional.
“Walau
begitu,” kata mereka, “ada variasi genetik langka yang berarti pada
individu yang diramalkan fungsional, yang dapat menjelaskan keragaman
dalam resiko penyakit dan respon obat.” Para peneliti mencoba uji yang
lebih kuat untuk mendeteksi dampak variasi genetik langka pada kesehatan
manusia. Mereka menyarankan kalau mempertimbangkan gen demi gen dapat
meningkatkan metode penelitian. Mereka menambahkan kalau sifat spesifik
populasi dari sebagian besar perubahan sandi satu huruf akan membuatnya
menantang untuk mereplikasi asosiasi penyakit dengan variannya di
berbagai masyarakat di dunia.