Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Dukung kami

Belajar Melihat Hal Yang “Tidak Terlihat”

Yang kita bicarakan ini bukanlah alam gaib, dimana ada sebagian orang yang bisa melihat mahluk mahluk dari alam lain, tapi hal hal nyata didalam kehidupan kita.
Apa resepnya supaya kita lebih banyak tahu daripada orang lain? Salah satunya ya itu tuh, melihat lebih banyak dan lebih kreatif dari yang dilihat orang lain pada umumnya. Apalagi kalau kita bisa melihatnya dari sisi yang tidak biasa, yang jarang terpikir oleh orang lain.
Semua orang yang mempunyai mata bisa melihat, tetapi tidak semuanya mampu dan mau memperhatikan apa yang dilihatnya. Kuncinya adalah memperhatikan. Kita perlu memperhatikan baik yang konkrit (nyata) maupun yang abstrak (imaginer), baik yang tersurat, maupun yang tersirat.
Yang kedua ini kiranya tidak semudah yang pertama. Namun untuk hal hal yang konkritpun tidak semua orang memperhatikannya, malah mengabaikannya.
“Melihat apa yang tidak dilihat orang” adalah ‘saudara dekat’ dari lateral thinking, anticipative, proactive, dan teman dekat dari timing yang pas, yang semuanya berhubungan dengan konsep interkoneksi yaitu MindWeb.
Dibawah ini ada contoh contoh kejelian pebisnis melihat peluang yang ada tapi belum kelihatan. Mereka memakai intuisi dan logikanya.
Ketika produk minuman air mineral dan teh botol diperkenalkan oleh produsennya, Aqua dan Sosro, mereka lebih banyak ditertawakan orang orang. Air banyak dirumah, begitu juga teh…..ngapain harus beli air atau teh diluar? Disini terbukti bahwa founder Aqua (Bp. Tirto Utomo) dan Teh Sosro (Bp. Sosrodjojo) telah “melihat” masa depan dari jenis minuman itu. Sementara itu orang lain masih belum sampai pikirannya kesana…..
Pada tahun tahun awalnya, mereka harus menderita kerugian karena budaya orang pada umumnya masih cenderung memilih minuman bersoda. Sejalan dengan kesadaran orang akan kesehatan dan kepraktisan, mulailah orang orang melirik kedua produk tersebut.
Dan ternyata……., lihatlah sekarang, kedua produk itu merajai pasaran minuman kemasan.
Lalu, apa yang diperhatikan oleh pemilik Aqua dan Teh Sosro? Walaupun para pengusaha lebih banyak memakai naluri bisnis-nya, tapi selalu ada logika yang mendampinginya. Kesibukan manusia menuntut adanya hal hal yang lebih praktis. Minuman panas akan memakan waktu lama untuk dinikmati, apalagi disaat jam kerja yang padat. Ditunjang lagi dengan iklim tropis di negeri ini, minuman dingin segar akan terasa nikmat. Belum lagi tuntutan akan kebersihan minuman yang dijamin oleh kemasannya.
Pada umumnya, apa yang membuat orang penasaran, akan menarik lebih banyak perhatian. Contohnya, usaha restoran yang salah satu favorit menunya adalah gulai kepala ikan. Si pengusaha berpikir, masaknya sedikit saja, supaya orang penasaran karena selalu kehabisan gulai kepala ikan kegemarannya.
Dari satu sisi memang benar, bahwa orang akan penasaran, “Seberapa enak sih, gulai kepala ikannya, kok habis terus….” Dia akan datang lagi dan datang lagi…..Apakah semua pengunjung akan seperti itu?
Ternyata tidak juga, ada yang merasa sia sia untuk mencoba lagi, karena kehabisan terus. Disinilah letak seninya. Untuk tamu yang sudah pernah merasakan enaknya menu itu, dia akan datang berulang kali untuk menikmati menu kesayangannya. Tapi, untuk orang yang belum pernah mencoba, yang belum pernah merasakan nikmatnya, mungkin tidak akan segigih itu. Ibaratnya narkoba, orang yang sudah ketagihan akan berusaha mati matian untuk mendapatkan pasokan. Tapi yang bukan pemakai, akan tidak peduli, bahkan menjauhi narkoba.
Dari sisi marketingnya ada perbedaan menyolok antara orang yang sudah mencoba dan belum mencoba menu yang enak. Yang sudah mencobanya, akan cerita kepada teman temannya:”Eh, di rumah makan itu, gulai kepala ikannya enak tenan……” Tapi kalau dia belum mencobanya, dia tidak bisa menceritakan (memromosikan) menu itu kepada orang lain.
Kesimpulannya, sipengusaha rumah makan harus pandai pandai untuk ‘fine tune’ taktik dagangnya. Kalau permintaan sudah meningkat, stok menu favoritnya harus ditambah. Jangan sampai kehilangan promosi gratis dari mulut ke mulut (by word of mouth) hanya karena strategi yang salah.

Posting Komentar untuk " Belajar Melihat Hal Yang “Tidak Terlihat”"