Contoh dakwah maulid nabi
Berikut adalah Dakwah maulid nabi ini menceritakan tentang pengorbana
yang dilakukan rasulullah yang mengharukan silahkan disimak baik baik :
3 Pengorbanan Rasulullah yang Mengharukan
Saudara-saudaraku, momentum Maulid Nabi seharusnya menjadikan kita lebih mencintai Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, lalu kecintaan itu membuat kita mengikuti beliau dan meneladaninya. Jangan sampai, maulid Nabi justru membuat kita semakin jauh dari sunnahnya.
لِكُلِّ نَبِىٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِىٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّى اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِى شَفَاعَةً لأُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَهِىَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِى لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا
"Setiap Nabi memiliki doa yang mustajab, maka setiap nabi menyegerakan doanya. Dan sesungguhnya aku menyembunyikan doaku sebagai syafa'at bagi umatku pada hari kiamat. Dan insya Allah syafa'atku untuk setiap orang yang mati dari kalangan umatku dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun" (HR. Muslim)
3 Pengorbanan Rasulullah yang Mengharukan
Saudara-saudaraku, momentum Maulid Nabi seharusnya menjadikan kita lebih mencintai Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, lalu kecintaan itu membuat kita mengikuti beliau dan meneladaninya. Jangan sampai, maulid Nabi justru membuat kita semakin jauh dari sunnahnya.
Untuk lebih mencintai Nabi, mendekati tanggal 12 Rabiul Awal yang
diyakini sebagai hari kelahiran Rasulullah, Maulid Nabi, perlu kita
putar kembali ingatan kita kepada besarnya kasih sayang dan pengorbanan
beliau untuk umatnya. Kasih sayang itu, bahkan menjadi sifat Rasulullah
yang difirmankan Allah Ta'ala:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat
terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, amat belas kasih lagi penyayang terhadap
orang-orang mukmin (QS. At-Taubat : 128)
Dalam menjelaskan ayat ini, Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur'an
mengatakan, "Allah tidak mengatakan 'rasul dari kalian' tetapi
mengatakan 'dari kaummu sendiri'. Ungkapan ini lebih sensitif, lebih
dalam hubungannya dan lebih menunjukkan ikatan yang mengaitkan mereka.
Karena beliau adalah bagian dari diri mereka, yang bersambung dengan
mereka dengan hubungan jiwa dengan jiwa, sehingga hubungan ini lebih
dalam dan lebih sensitif."
Sedangkan Ibnu Katsir dalam Tafsir Qur'anil Adzim berkata, "Allah SWT
menyebutkan limpahan nikmat yang telah diberikan-Nya kepada orang-orangy
mukmin melalui seorang rasul yang diutus oleh-Nya dari kalangan mereka
sendiri, yakni dari bangsa mereka dan sebahasa dengan mereka."
Diantara kasih sayang dan pengorbanan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah tiga hal berikut:
1. Selalu Menginginkan Keselamatan dan Kebaikan bagi Umatnya
Rasulullah senantiasa menginginkan keselamatan dan kebaikan bagi
umatnya, meskipun pada saat itu mereka masih menentang dakwah
Rasulullah. Bahkan memusuhi dan menyakiti hati Sang Nabi. Rasulullah
tidak ingin umatnya diadzab Allah, meskipun malaikat telah datang
menawarkan bantuan, seakan malaikat itu sudah tidak sabar dengan
penderitaan Muhammad akibat permusuhan kaum/kabilah tertentu.
Hari itu, Rasulullah berdarah-darah. Kakinya terluka oleh lemparan batu
penduduk Thaif. Bukannya menerima dakwah Rasulullah, mereka justru
mengusir Rasulullah dengan cacian dan batu. Betapa sedih hati Rasulullah
saat itu. Kesedihannya bukan karena merasakan sakitnya darah mengalir,
tetapi karena umatnya belum mendapat hidayah. Jika air mata Rasulullah
berlinang pada saat itu, itu bukan karena perihnya luka, tetapi karena
sayangnya beliau kepada umat.
Rasulullah kemudian bersimpuh, berdoa kepada Allah dengan doa yang
menyayat hati, terutama bagi Zaid bin Haritsah yang menemani beliau saat
itu: "Ya Allah, kepadaMu juga aku mengadukan kelemahan kekuatanku,
kekurangan siasatku dan kehinaanku di hadapan manusia. Engkau Yang
Paling Pengasih, Engkau adalah Tuhannya orang-orang lemah, Engkaulah
Tuhanku, kepada siapa hendak Kau serahkan diriku? Kepada orang jauh yang
bermuka masam kepadaku, ataukah musuh yang akan menguasai urusanku? Aku
tidak peduli asalkan Engkau tidak murka kepadaku, sebab sungguh teramat
luas rahmat yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung dengan
DzatMu yang menyinari segala kegelapan dan yang karenanya urusan dunia
dan akhirat menjadi baik, agar Engkau tidak menurunkan kemarahanMu
kepadaku atau murka kepadaku. Engkaulah yang berhak menegurku hingga
Engkau ridha. Tidak ada daya dan kekuatan selain denganMu"
Saat itulah kemudian malaikat datang kepada beliau dengan menawarkan
bantuan untuk menghukum penduduk Thaif. "Wahai Rasulullah, berilah aku
perintahmu. Jika engkau mau aku menghimpitkan kedua bukit ini pun
niscaya aku akan lakukan!"
Rasulullah menjawab, "Jangan... Jangan! Bahkan aku berharap Allah akan
mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang akan menyembah
Allah semata, tidak disekutukanNya dengan apa pun... !" Berkat doa
Rasulullah ini, beberapa tahun kemudian penduduk Thaif menjadi ahli
tauhid. Bahkan ketika ada kasus murtad sepeninggal Rasulullah, Thaif
merupakan salah satu daerah yang steril dari kemurtadan.
Pada kesempatan yang lain, sahabat beliau Thufail bin Amr datang
mengadukan kaumnya yang tidak mau menerima dakwah, bahkan menentangnya.
Thufail meminta Rasulullah berdoa kepada Allah untuk kehancuran penduduk
Daus, namun beliau berdoa dengan doa lain yang membuatnya terpesona.
“Ya Allah, tunjukilah penduduk Daus dan bawalah mereka ke sini sebagai
orang-orang Islam,” berkat doa Rasulullah ini, kelak ketika seusai
perang Khaibar penduduk Daus datang ke Madinah untuk memberikan kabar
gembira keislaman mereka. Tak kurang dari 80 keluarga datang bersama
Thufail saat itu.
Demikian juga dalam banyak kesempatan yang lain. Ketika orang-orang
Quraisy dan kafir lainnya menentang Rasulullah dan mencaci makinya,
beliau kerap membalas kejahatan mereka dengan doa: "Allaahummahdii
qaumii, fainnahum laa ya'lamuun" (Ya Allah, ampunilah kaumku.
Sesungguhnya mereka belum mengetahui).
Keinginan Rasulullah agar umatnya berada dalam keselamatan dan kebaikan
serta terhindar dari adzab ini diijabahi Allah dengan ketentuanNya. Dia
mengistimewakan umat Muhammad dengan tidak menurunkan adzab kepada
mereka. Tidak seperti kaum terdahulu, di saat mereka ingkar kepada
ajaran Nabi, mereka dihukum dengan adzab yang menghancurkan dan
menghabisi riwayat kaum tersebut.
2. Memberi Syafaat bagi Umatnya
Inilah kasih sayang dan pengorbanan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi
wasallam yang kedua, yang tidak dimiliki oleh para nabi sebelumnya.
Yakni syafaat untuk umat.
Sebenarnya, setiap Nabi diberikan doa mustajab oleh Allah. Namun,
nabi-nabi sebelumnya telah menggunakan doa tersebut, sebagiannya sebagai
senjata pamungkas untuk menghancurkan orang-orang kafir dengan adzab
Allah. Adapun Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, beliau
menyimpan doa tersebut sebagai syafaat bagi umatnya, kelak di hari
hisab.
Rasulullah bersabda:
لِكُلِّ نَبِىٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِىٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّى اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِى شَفَاعَةً لأُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَهِىَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِى لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا
"Setiap Nabi memiliki doa yang mustajab, maka setiap nabi menyegerakan doanya. Dan sesungguhnya aku menyembunyikan doaku sebagai syafa'at bagi umatku pada hari kiamat. Dan insya Allah syafa'atku untuk setiap orang yang mati dari kalangan umatku dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun" (HR. Muslim)
Subhanallah… Rasulullah bersabar dengan kesabaran yang sempurna, bahkan
tidak dimiliki oleh Nabi sebelumnya, untuk tidak menggunakan "doa
pamungkas" itu kecuali di akhirat nanti, sebagai syafaat bagi umatnya.
Dalam hadits lain yang sangat panjang, dikisahkan bahwa nanti di hari
kiamat manusia ingin memperoleh syafaat. Mereka datang meminta syafaat
kepada Nabi Adam, Ibrahim, Nuh, Musa, dan Isa. Tetapi semuanya malu
meminta syafaat kepada Allah. Maka mereka pun mendatangi Rasulullah, dan
beliau pun memintakan syafaat kepada Allah.
3. Meringankan Sakaratul Maut Umatnya
Kasih sayang dan pengorbanan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam
yang tidak kalah besarnya terjadi pada akhir hayat beliau. Saat itu,
Malaikat maut ditemani Jibril datang kepada beliau mengabarkan hendak
mencabut nyawa beliau.
“Bolehkah aku masuk?” kata seseorang yang mengetuk pintu rumah Rasulullah. Saat itu Fatimah menunggui sang Nabi.
“Maaf, ayahku sedang demam,” jawab Fatimah.
Tetapi, Rasulullah yang tahu bahwa tamu itu adalah malaikat, beliau menyuruh Fatiman mempersilakan. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,” Fatimah menahan tangis, sadar akan berpisah dengan ayah tercinta.
“Maaf, ayahku sedang demam,” jawab Fatimah.
Tetapi, Rasulullah yang tahu bahwa tamu itu adalah malaikat, beliau menyuruh Fatiman mempersilakan. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,” Fatimah menahan tangis, sadar akan berpisah dengan ayah tercinta.
Malaikat maut datang menghampiri, lalu mengajak Jibril setelah Rasulullah menanyakannya.
“Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” tanya Rasululllah, suaranya telah melemah.
“Pintu-pintu langit telah dibuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu, ” kata Jibril.
Di saat seperti itu, Rasulullah tetap memikirkan umatnya. Beliau tidak puas dengan jawaban Jibril untuk beliau saja.
“Engkau tidak senang mendengar khabar ini wahai kekasih Allah?” tanya Jibril. “Wahai Jibril, bagaimana dengan nasib umatku kelak?”
“Jangan khawatir, wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril.
Setelah itu, sesuai perintah Allah, malaikat maut perlahan-lahan mencabut ruh Rasulullah. Fatimah dan Ali yang duduk di dekat Nabi tak kuasa menahan air mata. Bahkan Jibril juga tak "tega." Namun, Rasulullah justru meminta agar beliau menanggung sakaratul maut umatnya.
“Ya Allah, dahsyat nian sakaratal maut ini, biarlah aku menanggung sakaratul maut ini, jangan (beratkan sakaratul maut) pada umatku," pinta Rasulullah. Setelah berwasiat “Ummatii, ummatii, ummatiii!” beliaupun menghembuskan nafasnya yang terakhir.
“Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” tanya Rasululllah, suaranya telah melemah.
“Pintu-pintu langit telah dibuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu, ” kata Jibril.
Di saat seperti itu, Rasulullah tetap memikirkan umatnya. Beliau tidak puas dengan jawaban Jibril untuk beliau saja.
“Engkau tidak senang mendengar khabar ini wahai kekasih Allah?” tanya Jibril. “Wahai Jibril, bagaimana dengan nasib umatku kelak?”
“Jangan khawatir, wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril.
Setelah itu, sesuai perintah Allah, malaikat maut perlahan-lahan mencabut ruh Rasulullah. Fatimah dan Ali yang duduk di dekat Nabi tak kuasa menahan air mata. Bahkan Jibril juga tak "tega." Namun, Rasulullah justru meminta agar beliau menanggung sakaratul maut umatnya.
“Ya Allah, dahsyat nian sakaratal maut ini, biarlah aku menanggung sakaratul maut ini, jangan (beratkan sakaratul maut) pada umatku," pinta Rasulullah. Setelah berwasiat “Ummatii, ummatii, ummatiii!” beliaupun menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Sang Nabi terakhir yang sangat mencintai umatnya itupun menghadap Allah
untuk selamanya. Fatimah dan Ali tak kuasa menahan duka dan kesedihan.
Kita pun sangat pantas bersedih, bahkan di saat kita belum melakukan
apapun untuk Islam, Rasulullah telah menanggung (sebagian) sakitnya
sakaratul maut kita.
Pertanyaannya, apakah kita kemudian terpanggil untuk lebih mencintai Nabi, mengikuti dan meneladaninya? Semoga momentum maulid Nabi membuat kita sadar kasih sayang dan pengorbanan Rasulullah, lalu kita pun mencintai Nabi, mengikuti dan meneladaninya. Wallaahu a'lam bish shawab. [Abu Nida]
Pertanyaannya, apakah kita kemudian terpanggil untuk lebih mencintai Nabi, mengikuti dan meneladaninya? Semoga momentum maulid Nabi membuat kita sadar kasih sayang dan pengorbanan Rasulullah, lalu kita pun mencintai Nabi, mengikuti dan meneladaninya. Wallaahu a'lam bish shawab. [Abu Nida]