Perlu Peran Orang Agar Remaja Tidak Terjerumus Seks Bebas
Zaman sudah berubah.
Berubah dari zaman yang serba sulit menuju ke zaman yang serba mudah.
Dari zaman kuno menjadi zaman modern. Segala perkembangan yang ada tentu
saja berdampak pada segala segi kehidupan khususnya remaja.
Perkembangan teknologi
dan lingkungan yang berbeda daripada generasi sebelumnya berakibat pada
perkembangan remaja masa kini. Termasuk pengetahuan dan informasi soal
seksualitas. Kalau dulu remaja sangat malu berhubungan dengan lawan
jenis walau hanya untuk berbicara berhadapan, kalau sekarang jangan
ditanya lagi. Tidak hanya berbicara, tapi bisa berpegangan tangan. Tidak
hanya berpegangan tangan, tapi bisa berciuman. Tidak hanya berciuman,
malah bisa berhubungan intim di luar pernikahan.
Dengan semakin mudahnya akses informasi membuat anak dan remaja masa kini lebih cenderung cepat mengenal apa yang namanya hubungan antara lawan jenis atau hubungan seks. Akan tetapi, masih banyak orangtua yang risih membicarakan soal pendidikan seks dalam sebuah keluarga. Seorang ahli kejiwaan seks, Psikolog seks, Zoya Amirin, mengatakan, semakin maraknya perilaku seksual tidak sehat atau seks bebas di kalangan remaja menjadi keprihatinan tersendiri. Maka dari itu, keluarga bisa menjadi sumber pendidikan seks yang positif karena keluarga adalah lingkungan yang dikenal anak pertama kali.
Psikolog seks, Zoya
Amirin berkata “Orangtua telah melalui masa-masa yang dialami anak-anak
mereka. Maka, seharusnya dengan memahami kondisi anak dan remaja.
Orangtua bisa berbagi sekaligus mendidik bagaimana menyikapi perubahan
yang terjadi pada diri anak,” ucapnya kepada VIVAlife belum lama ini. Psikolog seks yang juga menjadi dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
ini memberikan contoh, ayah dan ibu bisa berperan sebagai teman saat
terjadi perubahan fisik dan seksual pada buah hati. Ayah bisa berperan
sebagai sahabat anak laki-laki saat si anak mengalami pubertas atau
mengalami mimpi basah. “Ayah bisa bilang setelah mengalami mimpi basah,
kita tertarik dan terangsang melihat perempuan. Sehingga usahakan agar
bila memiliki pacar berada di tempat ramai agar tak menjurus ke seks,”
ujarnya.
Kemudian tegasnya, Peran ibu dalam pendidikan seks dalam keluarga
menjadi penting saat anak memasuki masa menstruasi. “Kalau anak
perempuan mengalami mens, ibu harus memberi pengertian bahwa anak
perempuan akan mulai naksir lawan jenis dan mereka pun bisa hamil.” Dari
situ, orangtua bisa mengarahkan anak agar mampu menolak lawan jenis
yang mereka sukai, mendeteksi dan menolak pelecehan seksual yang dilakukan orang lain kepada mereka.
Dengan memperbincangkan soal seks
secara sehat dalam keluarga, bukan saja anak mendapat informasi yang
benar, mereka juga memahami mengapa terjadi perubahan pada tubuh mereka.
“Anak juga cenderung lebih terbuka kepada orangtua tentang aktivitas
asmara mereka, ketimbang mereka memperoleh informasi dari luar seperti
teman dan internet yang belum tentu benar.”.
Jadi langkah yag utama adalah memberikan pengertian yang benar kepada adalah kunci agar anak tidak terjerumus pada prilaku seks bebas bahkan kalau bisa tidak pernah berhubungan sama sekali sebelum berada di istana pernikahan. Maka dari itu peran orang tua sangatlah penting dalam memberikan pendidikan seks buat mereka. Jangan sampai anak malah mendengar penjelasan soal seks dari luar keluarga karena bisa berbahaya pada pemahaman anak tentang seks.