Sensor Sentuh Robot Baru Lebih Sensitif Dari Jari Manusia
Ambang - Inside- Apa yang dirasakan robot ketika ia menyentuh sesuatu? Sedikit atau tidak ada, sampai sekarang.
Para peneliti dari Sekolah Teknik Viterbi Universitas California Selatan menerbitkan sebuah studi tanggal 18 Juni di jurnal Frontiers in Neurorobotics
yang menunjukkan kalau sebuah robot yang dirancang khusus dapat
mengalahkan manusia dalam mengidentifikasi sejumlah besar bahan alam
berdasarkan teksturnya, memberi jalan untuk kemajuan lanjut dalam
prostesa, robot pembantu pribadi, dan pengujian produk konsumen.
Robot
dilengkapi dengan sebuah tipe sensor sentuh baru yang dibangun untuk
meniru ujung jari manusia. Ia juga memakai algoritma yang dirancang
khusus untuk membuat keputusan mengenai bagaimana menjelajah dunia luar
dengan meniru strategi manusia. Dilengkapi pula dengan sensasi manusia
lainnya, sensor ini dapat pula memberi tahu dimana dan ke arah mana gaya
terjadi di ujung jari dan bahkan sifat termal dari objek yang disentuh.
Seperti
jari manusia, sensor yang dinamakan BioTac® ini memiliki kulit lembut
yang lentur dengan isian cair. Kulit ini bahkan memiliki sidik jari di
permukaannya, yang meningkatkan sensitivitasnya pada getaran. Saat jari
ini bergeser pada sebuah permukaan bertekstur, kulit bergetar dalam cara
karakteristik. Getaran ini dideteksi oleh sebuah hidrofon di dalam inti
jari yang mirip tulang. Jari manusia menggunakan getaran yang sama
untuk menentukan tekstur, namun jari robot ini jauh lebih sensitif.
Ketika
manusia mencoba menentukan sebuah objek dengan sentuhan, mereka
menggunakan sejumlah besar gerakan eksplorasi berdasarkan pengalaman
mereka sebelumnya pada objek yang sama. Sebuah teorema terkenal seorang
matematikawan abad ke 18 Thomas Bayes, menjelaskan bagaimana keputusan
dibuat berdasarkan informasi yang diperoleh saat gerakan-gerakan ini.
Hingga sekarang, walau begitu, tidak ada jalan memutuskan gerakan
eksplorasi mana sebelum yang mana. Artikel ini, dikarang oleh profesor
teknik biomedis Gerald Loeb dan seorang doktor muda, Jeremy Fishel,
menjelaskan teorema baru mereka untuk menjelaskan masalah umum yang
disebut “Eksplorasi Bayesian.”
Dibangun
oleh Fishel, robot khusus ini dilatih pada 117 bahan biasa yang
dikumpulkan dari pabrik, toko kelontong, dan toko alat elektronik.
Ketika dihadapkan dengan satu bahan secara acak, robot ini dapat
menentukan bahan tersebut dengan benar 95%, setelah memilih dan membuat
rata-rata gerakan eksplorasi yang cerdas. Ia jarang dibingungkan oleh
pasangan tekstur yang sama yang tidak mampu dibedakan oleh subjek
manusia lewat gerakan eksplorasi mereka sendiri.
Jadi,
apakah sentuhan tugas lain manusia yang akan digantikan robot? Fishel
dan Loeb menekankan kalau memang robot mereka sangat bagus dalam
menentukan tekstur mana yang sama, tidak ada cara mengetahui tekstur apa
yang akan dipilih manusia. Justru, mereka mengatakan teknologi sentuh
robot ini akan dipakai dalam prostesa manusia atau mambantu perusahaan
yang menggunakan pakar untuk menilai rasa produk konsumen dan bahkan
kulit manusia.
Loeb dan Fishel adalah
rekanan di SynTouch LLC, yang mengembangkan dan membuat sensor taktil
untuk sistem mekatronik yang meniru tangan manusia. Didirikan tahun 2008
oleh para peneliti dari Fasilitas Pengembangan Alat Medis USC,
start-upnya sekarang menjual sensor BioTac mereka pada peneliti dan
pabrik robot industri dan tangan prostetik lain.
Posting Komentar untuk "Sensor Sentuh Robot Baru Lebih Sensitif Dari Jari Manusia"
Bila Ada Pertanyaan/Saran Opini Silakan Dilayangkan Di kotak Komentar/Buku Tamu
Dan Dimohon Para Visitor Menggunakan Bahasa Yang Sopan
Bila Tidak Menggunakan Bahasa Yang Sopan Komentar Anda Akan Kami Hapus
Mohon Maaf Bila Ingin Menyalin Artikel ini Harap Mencantumkan Sumbernya
When the Any Questions / Suggestions Please posted in Opinion Comment box / Guest Book
Please Use The Visitor and The Polite Language
When Not Using Polite Language That We Will Delete Your Comment
Sorry if this article Want to Copy Please Include the SourceSorry If you want to copy this article if Please Include the Source