Menjauhkan Flu: Protein Sintetik Mengaktifkan Sistem Kekebalan dalam Dua Jam
Para peneliti San Diego State University di Pusat Biosains Donald P. Shiley menemukan rahasia membantu sistem kekebalan melawan flu sebelum ia membuat anda sakit.
Sebuah
studi yang diterbitkan tanggal 6 Juli 2012 di jurnal Public Library of
Science PloS One, menemukan kalau EP67, sebuah protein sintetik kuat,
mampu mengaktivasi sistem kekebalan yang diam dalam hanya dua jam
setelah dikonsumsi.
Sebelum studi
ini, EP67 telah umumnya dipakai sebagai ajuvan untuk vaksin, yaitu
sesuatu yang ditambahkan ke vaksin untuk membantu mengaktivasi respon
kekebalan. Namun Joy Phillips PhD, pengarang utama studi ini bersama
dengan koleganya Sam Sanderson PhD dari Pusat Medis Universitas Nebraska
melihat potensi kalau ia dapat bekerja sendiri.
“Virus
flu sangat lincah dan secara aktif menjaga sistem kekebalan dari
mendeteksinya untuk beberapa hari hingga anda mendapatkan gejala,” kata
Phillips. “Penelitian kami menunjukkan kalau dengan memasukkan EP67 ke
tubuh dalam 24 jam paparan ke virus flu membuat sistem kekebalan
bereaksi hampir seketika pada ancaman tersebut, sebelum tubuh anda
secara normal mampu melakukannya.”
Karena
EP67 tidak bekerja pada virus namun pada sistem kekebalan itu sendiri,
ia berfungsi sama tidak peduli apa strain flunya, berbeda dengan vaksin
influenza yang harus tepat sesuai dengan strain yang sedang beredar.
Phillips
mengatakan walau studi ini berfokus pada flu, tapi EP67 berpotensi
bekerja pada penyakit pernapasan dan infeksi jamur lainnya dan dapat
berpotensi besar untuk terapi gawat darurat.
“Ketika
anda menemukan kalau anda terpaparkan flu, perawatan satu-satunya
sekarang adalah menyerang virus secara langsung yang tidak handal dan
seringkali virus mengembangkan resistensi terhadapnya,” kata Phillips.
“EP67 dapat secara potensial menjadi terapi bagi orang yang mengetahui
dirinya terpaparkan dan membantu tubuh memerangi virus sebelum anda
sakit.”
Ia bahkan dapat juga dipakai dalam peristiwa strain baru penyakit menular, sebelum patogen aktual ditemukan, seperti pada SARS dan wabah influenza H1N1 2009, kata Phillips.
Saat
ini, pengujian sudah dilakukan umumnya pada tikus dengan menularkan
mereka virus flu. Mereka yang diberi dosis EP67 dalam 24 jam infeksi
tidak sakit (atau sesakit) yang tidak diberikan EP67.
Level
kesakitan tikus diukur berdasarkan hilangnya berat badan. Secara
tipikal, tikus kehilangan sekitar 20 persen beratnya ketika terinfeksi
flu namun tikus yang dirawat dengan EP67 kehilangan rata-rata hanya 6
persen. Lebih penting lagi, tikus yang dirawat sehari setelah diinfeksi
dengan dosis influenza yang mematikan ternyata tidak mati, kata
Phillips.
Ia mengatakan kalau ada implikasi besar bagi kedokteran hewan, karena EP67 aktif pada hewan, termasuk burung.
Penelitian
di masa datang akan memeriksa pengaruh EP67 dalam keberadaan jumlah
patogen lain dan melihat lebih dekat fungsi EP67 dalam berbagai sel di
tubuh.